Beberapa
hari yang lalu seorang teman membagikan informasi bahwa bertepatan tanggal 11
februari, masyarakat bumi akan mendapat kesempatan untuk melihat salah satu
komet di angkasa. Dan ternyata di tanggal tersebut tidak hanya ada komet saja
tetapi juga terdapat gerhana bulan penumbra. Semalam (11 februari dini hari)
saya mencoba untuk keluar rumah, iya saya sangat menyukai moment spesial dari
angkasa. Mungkin jika otak saya sedikit lebih mau mencerna ilmu pelajaran dan
kedua orangtua saya merestui, saya akan memilih untuk melanjutkan studi di jurusan
yang berhubungan dengan bintang dan angkasa. Malam itu juga saya bertekat untuk
menabung beberapa rejeki yang saya miliki untuk membeli sebuah teropong
bintang. Iya teropong bintang. Mengapa harus susah susah membeli teropong
bintang ? Karena satu, saya bukan orang yang gampang diajak bepergian untuk
melihat – lihat keindahan ciptaan Tuhan. Saya cenderung tidak menyukai tempat
yang kurang nyaman atau minim fasilitas penunjang kenyamanan, sedangkan
beberapa tempat yang dapat menyajikan keindahan lansekap angkasa justru berada
pada daerah – daaerah yang masih minim tersentuh manusia. Saya juga tidak bisa
selalu mengunjungi planetarium tiap waktu, saya tidak bisa melihat keindahan
dunia diluar sana, oleh karena itu saya sangat ingin membeli sebuah teleskop
bintang, agar supaya, saya bisa melihat semesta, tidak hanya saya saja, mungkin
keluarga dan teman – teman atau anak saya kelak bisa juga melihatnya melalui
teropong saya. Alasan kedua adalah alasan spiritual, saya tidak ingin
membicarakan panjang lebar. Saya sangat mengagumi visual – visual yang
menyajikan tampilan cahaya dan perbintangan, seperti saya menyukai pemandangan
ketika melewati kawasan pembangkit istrik di daerah paiton pada saat perjalanan
dengan sebuah bus menuju pulau Bali. Dan hari ini, untuk pertama kalinya, saya
dibonceng teman untuk menikmati sabtu malam kami disebuah kawasan tertinggi di
kota industri ini. Dan untuk pertama kalinya juga saya baru tahu bahwa ada satu
tempat seindah ini di kota gersang ini, sebuah tempat yang menyajikan suatu
pemandangan ala paralayang di kota Malang atau kawasan paiton. Sebuah tempat
dimana saya bisa memandang hamparan jutaan lampu bak konstelasi bintang,
semacam stargazing tapi kebawah garis horizon. Romantis dan ironis. Sebuah
tempat yang akan membuatmu tersenyum kecut apabila kamu datang kesana tidak
bersama orang yang kalian sayang. Saya sangat menikmati momen tersebut, apalagi
saya ditraktir oleh dia (lagi – lagi hehe) what a nice day, with nice view and
nice people, oh ya nice belly jangan lupa hehehe. Satu hal yang saya sesali,
mengapa saya tidak daridulu mengetahui ada tempat seindah ini, dari sini saya
berjanji, saya akan mengajak keluarga dan kawan – kawan saya untuk mengunjungi
tempat ini. Terutama ibu saya. Sepulang dari tempat tersebut saya tidak
langsung tidur. Adik saya juga belum tidur, ternyata dia lagi marathon drama
korea (setelah seharian marathon film naruto 35 episode – dari 498 episode yang
ia dapatkan dari salah satu tempat penyedia jasa copy film). Saya memutuskan
untuk menonton salah satu film yang saya dapatkan dari dia. Kalau tidak salah
judulnya one day, sebuah film drama Thailand, tidak ada yang istimewa, karena
endingnya tidak bahagia. Saya orang yang simple, saya menyukai sesuatu dengan
ending bahagia, karena terkadang hidup tidak memiliki ending bahagia. Setelah
menonton film tersebut saya memperoleh kesempatan untuk mengamati bulan, cuaca
sedang cerah, namun cenderung berawan, hari itu bulan sedang berada pada fase
purnama, ditambah dengan adanya penumbra, sungguh suatu momen yang spesial.
Saya tidak dapat mengabadikan hal yang bisa saya lihat melalui mata saya,
kamera saya kurang canggih untuk menangkap momen tersebut (sungguh saya hanya
bisa sampai dalam tahap mengamati permukaan bulan melalui lensa tele kamera
saya namun tidak dapat mengabadikannya). Aduh saya bertele – tele, pokoknya
saya semakin yakin untuk membeli sebuah teropong bintang. Esok paginya saya
ternyata bangun kesiangan, saya telat untuk datang kesebuah acara workshop zine
bersama kak nisa, seorang perempewi artsy pelinting tembakau yang saat ini
berdomisili di Yogyakarta. Workshop ini
akan saya tulis pada postingan selanjutnya, sampai jumpa xoxo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar