Minggu, 12 Februari 2017

2017 - 05 PENUMBRA DAN JALAN PULANG (1)

Beberapa hari yang lalu seorang teman membagikan informasi bahwa bertepatan tanggal 11 februari, masyarakat bumi akan mendapat kesempatan untuk melihat salah satu komet di angkasa. Dan ternyata di tanggal tersebut tidak hanya ada komet saja tetapi juga terdapat gerhana bulan penumbra. Semalam (11 februari dini hari) saya mencoba untuk keluar rumah, iya saya sangat menyukai moment spesial dari angkasa. Mungkin jika otak saya sedikit lebih mau mencerna ilmu pelajaran dan kedua orangtua saya merestui, saya akan memilih untuk melanjutkan studi di jurusan yang berhubungan dengan bintang dan angkasa. Malam itu juga saya bertekat untuk menabung beberapa rejeki yang saya miliki untuk membeli sebuah teropong bintang. Iya teropong bintang. Mengapa harus susah susah membeli teropong bintang ? Karena satu, saya bukan orang yang gampang diajak bepergian untuk melihat – lihat keindahan ciptaan Tuhan. Saya cenderung tidak menyukai tempat yang kurang nyaman atau minim fasilitas penunjang kenyamanan, sedangkan beberapa tempat yang dapat menyajikan keindahan lansekap angkasa justru berada pada daerah – daaerah yang masih minim tersentuh manusia. Saya juga tidak bisa selalu mengunjungi planetarium tiap waktu, saya tidak bisa melihat keindahan dunia diluar sana, oleh karena itu saya sangat ingin membeli sebuah teleskop bintang, agar supaya, saya bisa melihat semesta, tidak hanya saya saja, mungkin keluarga dan teman – teman atau anak saya kelak bisa juga melihatnya melalui teropong saya. Alasan kedua adalah alasan spiritual, saya tidak ingin membicarakan panjang lebar. Saya sangat mengagumi visual – visual yang menyajikan tampilan cahaya dan perbintangan, seperti saya menyukai pemandangan ketika melewati kawasan pembangkit istrik di daerah paiton pada saat perjalanan dengan sebuah bus menuju pulau Bali. Dan hari ini, untuk pertama kalinya, saya dibonceng teman untuk menikmati sabtu malam kami disebuah kawasan tertinggi di kota industri ini. Dan untuk pertama kalinya juga saya baru tahu bahwa ada satu tempat seindah ini di kota gersang ini, sebuah tempat yang menyajikan suatu pemandangan ala paralayang di kota Malang atau kawasan paiton. Sebuah tempat dimana saya bisa memandang hamparan jutaan lampu bak konstelasi bintang, semacam stargazing tapi kebawah garis horizon. Romantis dan ironis. Sebuah tempat yang akan membuatmu tersenyum kecut apabila kamu datang kesana tidak bersama orang yang kalian sayang. Saya sangat menikmati momen tersebut, apalagi saya ditraktir oleh dia (lagi – lagi hehe) what a nice day, with nice view and nice people, oh ya nice belly jangan lupa hehehe. Satu hal yang saya sesali, mengapa saya tidak daridulu mengetahui ada tempat seindah ini, dari sini saya berjanji, saya akan mengajak keluarga dan kawan – kawan saya untuk mengunjungi tempat ini. Terutama ibu saya. Sepulang dari tempat tersebut saya tidak langsung tidur. Adik saya juga belum tidur, ternyata dia lagi marathon drama korea (setelah seharian marathon film naruto 35 episode – dari 498 episode yang ia dapatkan dari salah satu tempat penyedia jasa copy film). Saya memutuskan untuk menonton salah satu film yang saya dapatkan dari dia. Kalau tidak salah judulnya one day, sebuah film drama Thailand, tidak ada yang istimewa, karena endingnya tidak bahagia. Saya orang yang simple, saya menyukai sesuatu dengan ending bahagia, karena terkadang hidup tidak memiliki ending bahagia. Setelah menonton film tersebut saya memperoleh kesempatan untuk mengamati bulan, cuaca sedang cerah, namun cenderung berawan, hari itu bulan sedang berada pada fase purnama, ditambah dengan adanya penumbra, sungguh suatu momen yang spesial. Saya tidak dapat mengabadikan hal yang bisa saya lihat melalui mata saya, kamera saya kurang canggih untuk menangkap momen tersebut (sungguh saya hanya bisa sampai dalam tahap mengamati permukaan bulan melalui lensa tele kamera saya namun tidak dapat mengabadikannya). Aduh saya bertele – tele, pokoknya saya semakin yakin untuk membeli sebuah teropong bintang. Esok paginya saya ternyata bangun kesiangan, saya telat untuk datang kesebuah acara workshop zine bersama kak nisa, seorang perempewi artsy pelinting tembakau yang saat ini berdomisili di  Yogyakarta. Workshop ini akan saya tulis pada postingan selanjutnya, sampai jumpa xoxo.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar