Biennale Jatim (Biennale Jawa Timur) merupakan event dua tahunan yang ditunggu - tunggu beberapa kaum artsy Surabaya dan sekitarnya baik dari kalangan muda hingga beberapa maestro yang tidak lagi muda. Mengangkat isu arts ecosystem, pameran tahun ini diselenggarakan di kompleks Balai Pemuda Surabaya dan Galeri Emmitan (depan Balai Kota Surabaya) mulai dari 11 November hingga 24 November 2015. Hingga postingan ini di publish, saya pribadi telah bertamu sebanyak 4x , kali pertama saya saya bermain adalah pada saat pembukaan acara berlangsung. Opening dijadwalkan pukul 18.30, namun saya dan beberapa teman saya datang pada pukul 20.00, ternyata suasanya disana sudah sangat ramai, penuh sesak dan sangat panas.
Untuk masuk ke dalam galeri sendiri sampai harus dibuat beberapa kloter antrian demi meminimalisir penumpukan audiens di dalam dan mencegah kerusakan karya. Setelah menunggu dan berharap agar antrian sedikit berkurang (yang nyatanya tidak juga sih, sampai saya pulang ternyata masih sama saja ramainya) akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke dalam galeri, dan yang mengecewakan adalah ternyata di dalam galeri jumlah audiens sama besarnya dengan audiens yang mengantri di depan, karya - karya yang seharusnya dapat dinikmati dan diapresiasi malah tertutup oleh lautan manusia yang saling menyapa dengan sesamanya dan berlomba - lomba untuk selfie di depan setiap karya, berhenti sebentar saja bisa dianggap mengganggu jalan orang lain dan mengganggu pemandangan orang yang sedang berfoto, aduh.
Opening Biennale Jatim kali ini memang pantas membuat Euphoria beberapa pelaku dan penikmatnya, bahkan setelah acara dibuka, banyak respon positif yang bermunculan di beberapa media sosial. Tidak seperti Biennale Jatim yang saya kunjungi pada tahun - tahun sebelumnya, pameran kali ini ternyata memberikan rupa dan ekspetasi yang jauh lebih berbeda. Jika pada biennale - biennale sebelumnya, kita bisa melihat lebih dari 60% karya di dominasi oleh lukisan - lukisan 2D (oleh maestro - maestro kawakan) dan hanya menampilkan beberapa karya instalasi, untuk tahun ini lukisan 2D tetap mendominasi namun jumlah karya instalasi yang terdapat disana jauh lebih banyak dan beragam. Beberapa kawan saya beranggapan bahwa biennale tahun ini telah menapaki beberapa level yang lebih tinggi. Lainnya juga beranggapan bahwa karya Biennale Jatim tahun ini sudah bisa dibanggakan seperti ArtJog, saya sendiri sih juga beranggapan bahwa Biennale Jatim tahun ini bisa dibilang seperti mini seri dari ArtJog versi masyarakat Surabaya. Artisan muda - mudi yang masih segar dan tampan serta rupawan juga banyak dijumpai pada beberapa karya, seperti salah satu contoh yakni booth milik serbuk kayu yang di dominasi oleh warna merah dan bertajuk coca - colabs. Hal - hal seperti inilah yang semakin menyemarakkan Biennale Jatim tahun ini.
Sepulangnya dari sana, beberapa kawan luar kota saya menanyakan bagaimana acara tersebut berlangsung, isu apa yang sedang diangkat ? korelasi antara isu tersebut dengan karya yang dipasang ? jujur saya masih tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan karena memang kondisi disana sangat tidak nyaman untuk mengapresiasi dan mengabadikan beberapa karya. Bahkan kamera digital yang saya keluarkan akhirnya saya masukan lagi karena percuma, pasti yang kefoto juga kepalanya manusia - manusia. Kali kedua saya kesana, ternyata kamera saya sedang digunakan untuk shoot gambar kawan saya diluar kota, sedih, padahal kondisi disana jauh lebih stabil dan sepi bila dibandingkan dengan hari pembukaan. Akhirnya saya hanya berfoto - foto selfie menggunakan kamera milik teman saya. Kali ketiga saya kesana ternyata jauh lebih menyedihkan karena ketika saya membawa kamera, ternyata saya membawa jenis lensa yang salah, yasudah akhirnya saya dan teman saya disana hanya berjalan, berkencan (saya ragu apakah itu yang dinamakan kencan), slengekan, loncat loncatan, klesotan, gelundungan dan saya bingung sebenarnya saya disana ngapain ya ... Kali keempat saya kesana, akhirnya saya membawa kamera dengan lensa yang benar, kondisi disana tidak ramai dan tidak sepi (mungkin karena itu sore hari) serta sangat mendukung untuk mendokumentasikan karya - karya disana. Hore !
Setelah kali keempat saya kesana, saya menyadari bahwa beberapa karya di dalamnya ada yang rusak entah karena memang disengaja atau tidak . Kebanyakan karya - karya instalasi yang mengalami sedikit perubahan seperti karya yang berada di ruang tengah (ah saya tidak tahu itu judulnya apa :( ) yang berisikan instalasi awan dari kapas dan rumah - rumah burung, beberapa instalasi awan nya banyak yang "rontok dan protol" lalu mural kapur pada tembok merah di sekelilingnya banyak yang telah pudar mungkin karena banyak juga pengunjung yang melewati dan tidak sengaja menempelkan tubuhnya pada tembok sehingga sedikit demi sedikit menghapus gambar pada tembok. Ada juga instalasi di dekat pintu keluar yang terdiri dari satu bak mandi dan beberapa replika senjata di sekelilingnya, beberapa replika tersebut banyak yang berpindah dari tempatnya semula, mungkin karena pengunjung gemas dan ingin memegangnya *sembari digunakan untuk properti ketika berfoto selfie* , saya berharap di tahun - tahun mendatang kemanan dapat lebih di perketat untuk menghindari rusaknya karya akibat pengunjung yang tidak bertanggung jawab. Kan sayang ya karya sudah ganteng di hari pertama, pas mau closing ternyata sudah banyak yang protol :"
Beberapa foto dokumentasi akan saya posting pada postingan selanjutnya, Jya !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar